SDS PLUS 2 ALMUHAJIRIN - Di pagi yang sejuk di SDS Plus 2 Almuhajirin, siswa-siswi kelas 1 memulai perjalanan belajar yang berbeda, bukan di balik meja, tetapi di atas tanah yang hidup. Mereka memasuki kebun belajar dengan rasa penasaran yang besar, tempat di mana benih kecil tidak hanya akan tumbuh menjadi tanaman, tetapi juga menjadi sarana pembentukan karakter. Guru memperkenalkan kangkung sebagai tanaman yang mudah dirawat namun penuh makna. Anak-anak diperlihatkan bentuk daun, manfaat, hingga cara menanamnya.
Mata mereka berbinar ketika guru berkata, “Setiap benih yang kalian tanam adalah tanggung jawab kalian.” Dari kalimat sederhana itu, dimulailah pelajaran tentang disiplin dan rasa memiliki. Saat penanaman berlangsung, setiap siswa menerima segenggam benih kangkung. Didampingi guru, mereka menaburkan benih dengan hati-hati, meratakan tanah dengan tangan kecil mereka, lalu menyiramnya hingga lembap. Momen ini menghadirkan keseruan tersendiri, ada yang tertawa saat tanah menempel di tangan, ada yang serius mengatur jarak tanam, dan ada yang saling membantu karena benihnya jatuh tertiup angin. Nilai kerja sama dan kepedulian tumbuh bersama tawa mereka. Hari demi hari, anak-anak kembali ke kebun untuk menyirami dan memeriksa tanaman. Mereka mulai mengenali perubahan: munculnya kecambah, daun yang membuka, hingga batang yang memanjang.
Beberapa siswa bercerita bahwa mereka tidak sabar melihat “anak tanaman” mereka tumbuh. Inilah bentuk nyata dari rasa tanggung jawab yang mulai terbentuk, rutin, sabar, dan penuh perhatian. Guru kerap mengingatkan, “Tanaman tumbuh kalau dirawat. Begitu juga dengan karakter kita.” Kalimat ini menjadi jembatan antara pengalaman berkebun dan nilai moral yang ingin ditanamkan yaitu disiplin, kesungguhan, dan rasa syukur. Ketika tiba hari panen, suasana kebun berubah menjadi penuh sorak kegembiraan. Anak-anak membawa gunting kecil dan dengan bimbingan guru mulai memotong batang kangkung yang segar dan hijau. Mereka terlihat bangga saat memegang hasil panen mereka sendiri, sebuah bukti bahwa usaha tidak pernah mengkhianati hasil.
Beberapa siswa bahkan mengangkat tinggi kangkung mereka sambil berteriak, “Aku berhasil!” Panen hari itu bukan hanya tentang memetik sayuran, tetapi memetik nilai. Anak-anak belajar bahwa pertumbuhan memerlukan waktu, perhatian, kesabaran, dan kerja keras. Mereka belajar mencintai lingkungan, menghormati proses, dan bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah melalui tanah yang subur. Kegiatan sederhana ini menjelma menjadi pengalaman berharga yang tak hanya menguatkan pengetahuan, tetapi juga menanamkan karakter mulia. SDS Plus 2 Almuhajirin kembali menunjukkan bahwa pendidikan karakter dapat tumbuh dari hal-hal kecil, dari tanah yang digenggam, dari benih yang ditanam, hingga dari hati yang belajar bertumbuh menjadi lebih baik setiap harinya.